Hukum ini menyatakan bahwa hubungan stimulus respondiperkuat bila akibatnya memuaskan dandiperlemah bila akibatnya tidak memuaskan. Dengan perkataan lain, suatu perbuatan yang diikuti oleh akibat yang menyenangkan, cenderung untuk diulang, dan apabila akibatnya tidak menyenangkan maka akan cenderung dihentikan.
Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara hadiah danhukuman. Tingkah laku yang menghasilkan hadiah akan terus dilakukan, sedang yang mengakibatkan hukuman akan dihentikan. Contoh : Siswa yang nyontek tetapi didiamkan saja, justru diberi nilai A, maka pada kesempatan lain akan menyontek lagi. Tetapi siswa tersebut ditegur atau dipindahkan tempat duduknya sehingga teman-temannya tahu kalau menyontek, maka dia akan malu dan tidak akan menyontek lagi.
Selanjutnya Thorndike melengkapi hukum-hukum tersebut diatas dengan lima hukum tambahan yaitu :
a) Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi, merupakan langkah permulaan dalam proses belajar. Melalui proses trial and error seseorang akan terus melakukan respons sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b) Set atau attitude atau sikap adalah situasi di dalam diri individu yang menentukan apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak bagi individu tersebut. Situasi ini ada yang lebih bersifat sementara, misalnya kelelahan,
lapar, emosi, dan adayang lebih bersifat menetap, misalnya latar belakang kebudayaan dan faktor keturunan. Proses belajar individu dapat berlangsung dengan baik, lancar bila situasi menyenangkan, dan proses belajar akan terganggu terganggu bila situasi tidak menyenangkan.
c) Prinsip aktivitas berat sebelah (partial activity/prepotency of elements) merupakan prinsip yang menyatakan bahwa manusia memberikan respons hanya pada aspek tertentu sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif). Dengan demikian orang dapat memberi respons yang berbeda pada stimulus yang sama. Ini berarti bahwa dalam proses belajar, seseorang harus memperhatikan lingkungan yang sangat komplek yang dapat memberi kesan yang berbeda untuk orang yang berbeda.
d) Prinsip Response by analogy atau transfer of training. Menurut prinsip ini manusia dapat melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami melalui pemindahan ( transfer ) unsur-unsur yang telah mereka kenal kepada situasi baru. Prinsip ini dikenal pula dengan sebutan theory of identical elements yang menyatakan bahwa makin banyak unsur yang identik, maka proses transfer akan semakin mudah. Contoh : Peserta didik di rumah dapat membaca koran walaupun tidak pernah diberi pelajaran membaca koran, karena huruf-huruf yang terdapat di koran identik dengan huruf-huruf yang dipelajari di sekolah. Dengan lahirnya konsep transfer of training, Thorndikemengharapkan agar pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh peserta didik di sekolah dapat diterapkan untuk berbagai keperluan sekolah. Dengan kata lain agar ada transfer dari sekolah ke masyarakat. Untuk terlaksananya hal ini, unsur-unsur di sekolah diusahakan sebanyak mungkin identik dengan unsur-unsur di masyarakat. Misalnya kurikulum sekolah, suasana kelas dibuat sedemikian rupasehingga mencakup tugas-tugas dan kemampuan yang diperlukan di luar sekolah.
e) Perpindahan asosiasi ( Associative Shifting ). Ini merupakan proses peralihan suatu situasi yang telah dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap, dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur-unsur (elemen) baru dan membuang unsur-unsur lama sedikit demi sedikit sekali sehingga unsur baru
0 Komentar
Penulisan markup di komentar