Harga pangantiga tahun terakhir mengalami peningkatan tiga kali lipat, tidak kecuali bagi bangsa Indonesia. Tiga factor utama yang menyebabkan naiknya harga pangan antara lain; 1. Gejala perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi panganstrategis. 2. Peningkatan permintaan komoditas pangankarena konversi terhadap biofuel, dan3. Aksi para infistor (spekulan) tingkat global karena kondisi pasar keuangan yang tidak menentu.
Meski begitu, eskalasi harga tersebut juga menjadi peluang (dan tantangan) baru untuk merumuskan strategi pembangunan pertanian yang kompateble dengan perubahan zaman. Pembangunan pertanian di Indonesia sebenarnya telah menunjukan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan pada empat dasa warsa terakhir.Pembangunan perkebunan dan agro Industri juga telah mampu mengntarkan pada kemajan ekonomi bangsa, perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja.
Singkatnya, kinerja perjalanan pertanian Indonesia jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan angka 3,51% pertahun rata-rata pertumbuhan pada pereode 1960-2006 –dihitung dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), pada awal atau fase konsolidasi 1967-1978 sektor pertanian hanya tumbuh 3,38%. Angka ini kemudian melonjak sangat tinggi mencapai angka 5,72 persen pada pereode 1978-1986, kemudian kembali melambat menjadi 3,39 pada fase dekonstruksi 1986-1987 dan kemudian turun melambat menjadi 1,57 % sampai pereode krisis ekonomi. Padamasa krisis ekonomi, performa baik yang dicapai sub sektor perkebunan dan peternakan hamper tidak membawa dampak berarti karena daya beli terus menerun. Pada era Refirnasu 2001-2006, pertanian Indonesia telah tumbuh 3,45% per tahun belum dapat dikatakan telah menuju ke arah yang benar (selengkapnya lihat Arifin 2007).
0 Komentar
Penulisan markup di komentar