Pendidikan Karakter penting dilakukan agar nilai-nilai budaya dan karakter bangsa itu tetap melekat pada diri anak sehingga tidak terjadi lost generation dalam hal budaya dan karakter bangsa. Keluaran (output) pendidikan harus direorientasi pada keseimbangan tiga unsur pendidikan berupa karakter diri, pengetahuan, soft skill. Jadi bukan hanya berhasil mewujudkan anak didik yang cerdas otak, tetapi juga cerdas hati, dan cerdas raga.
Lickona menyatakan: terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif:
1. kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi,
2. definisikan “karakter” secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku,
3. gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif,
4. ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian,
5. beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6. buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil.
7. Usahakan mendorong motivasi diri siswa,
8. libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral,
9. tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral,
10. 10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra, dan
11. evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
Agar dapat berjalan efektif, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tiga desain, yakni;
1. Desain berbasis kelas, yang berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar,
2. Desain berbasis kultur sekolah, yang berusaha membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa.
3. Desain berbasis komunitas.
Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka.
Dengan desain demikian, pendidikan karakter akan senantiasa hidup dan sinergi dalam setiap rongga pendidikan. Sejak anak lahir atau bahkan masih dalam kandungan, ketika berada di lingkungan sekolah, kembali ke rumah, dan bergaul dalam lingkungan sosial masyarakatnya, akan selalu menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar, mencontoh, dan mengaktualisasikan nilai-nilainya yang dipelajari dan dilihatnya itu.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar