Hal lain yang perlu diperhatikan agar pendidikan karakter berhasil di kembangkan di sekolah yakni :
Pertama, istilah karakter harus sama-sama dipahami dahulu. Kebanyakan sekolah mengindetikkan karakter dengan pelajaran agama, sehingga dikuatirkan justru kegiatan keagamaan yang ditonjolkan. Padahal pendidikan karakter bukan hanya tentang agama an sich. Karakter lebih kepada agama yang dipraktekan (teopraksis), yang mana nilai-nilai universalnya hidup, menjadi sehingga menumbuhkembangkan kebiasaan yang positif dan produktif yang berujung kepada pembentukan manusia yang berwawasan dan bertindak luas dan mempunyai kepribadian, identitas dan kepercayaan diri, dan nilai-nilai yang berdasarkan
Kedua, pembentukan karakter tidak dapat terjadi melalui proses belajar mengajar di kelas secara konvensional. Dalam hal ini peran seorang guru sebagai role model mutlak dibutuhkan. Fenomena yang kita lihat di sekolahadalah guru adalah “sumber pengetahuan” bagi murid, sedangkan kepala sekolah adalah “sumber pengetahuan” bagi guru. Yang saya maksud adalah baik murid maupun guru sudah keenakan diajarkan dan dinasihati. Saya perhatikan bahkan kepala sekolah juga sangat suka dinasihati oleh pejabat pemerintahan. Pembangunan karakter jangan sampai terjebak dalam kebiasaan menasihati semata. Karakter hanya terbentuk dengan persentuhan kualitas kepribadian dalam proses belajar bersama. Karakter murid akan terbentuk ketika mereka melihat kualitas hidup gurunya dalam proses interaksi bersama, demikian juga guru terhadap kepala sekolah, dan kepala sekolah terhadap pejabat daerah. Maka dalam hal ini peran kepala sekolahsebagai instructional leader (pemimpin pembelajaran) dan pejabat daerah sebagai teladan dalam karakter sangat berpengaruh.
Ketiga, keberhasilan pendidikan karakter harus jelas indikatornya. Nilai-nilai karakter ini akan menjadi bagian di dalam kurikulum, rencana pembelajaran, dan silabus, yang dikemas di dalam KTSP. Namun untuk kita ingat bersama masih banyak KTSP sekolahyang adalah bagian dari standar pendidikan yang belepotan. Tidak sedikit juga sekolah yang mengaku sudah lengkap KTSP nya namun tidak mempunyai akar pemahaman yang kuat. Wajar dicurigai kalau dokumen KTSP sebagian sekolah adalah hasil copy paste, bukan lahir dari kristalisasi kegelisahan bersama yang didiskusikan dan direfleksikan bersama para pelaku pendidikan. Padahal KTSP ini sudah dicanangkan lebih dari 5 (lima) tahun terakhir, bahkan Kemendikas dan pemerintah daerah sudah sangat banyak mengucurkan dana untuk mengadakan berbagai pelatihan penyusunan KTSP tersebut.
Keempat, kalau pemerintah pusat benar-benar berkomitmen dengan pembentukan karakter bangsa ini maka tanggung jawab jangan semata-mata diserahkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional semata, perlu kerja sama seluruh elemen masyarakat karena salah besar jika kita ingin mengubah karakter bangsa hanya dengan mengubah sekolah. Ada banyak hal yang semestinya dibenahi antara lain: pemerintah harus berani mengubah acara-acara di TV di mana pada saat jam belajar malam siswa tidak ada siaran sinetron; selain selain waktunya yang menggangu anak belajar acaranya juga sering kali menonjolkan tindakan amoral dan ketidakjujuran; membatasi program-program “pencari bakat” di TV yang mengandung unsur ekspoitasi anak dan menumbuhkembangkan lagi progam-program TV yang sarat muatan pendidikan; membatasi situs-situs internet yang merusak moral; menghukum secara tegas dan terbuka kepada publik para produsen dan penyebar narkoba; dan lain sebagainya.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar