Menurut
Bruner proses belajar lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur seseorang seperti yang telah dikemukakan oleh Piaget.
Adapun
proses belajar terjadi melalui tahap-tahap :
a) Enaktif, berupa aktivitas siswa untuk memahami lingkungan melalui pengalaman langsung suatu realitas.
b) Ikonik, berupa upaya siswa melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
c) Simbolik, berupa pemahaman siswa terhadap gagasan-agasan abstrak berupa teori-teori, penafsiran, analisis, dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati atau dialami.
Dalam aplikasi praktisnya
teori belajar ini sangat membebaskan siswa untuk
belajar sendiri. Oleh karena itu
teori belajar ini sering dianggap bersifat discovery (
belajar dengan cara menemukan). Di samping itu, karena teori ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan sehingga desain yang berulang-ulang tersebut disebut sebagai kurikulum spiral
Bruner. Kurikulum spiral ini menuntut guruuntuk memberi materi perkuliahan setahap demi setahap dari yang sederhana sampai yang kompleks di mana suatu materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga tak terasa mahasiswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
Secara umum, teori
Bruner ini bila diaplikasikan biasanya mengikuti pola sebagai berikut :
a) menentukan tujuan-tujuan instruksional
b) memilih materi pelajaran
c) menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara induktif oleh siswa.
d) Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi, dan sebagainya yang dapat digunakan mahasiswa untuk
belajar.
e) Mengatur topik-topik pelajaran sedemikian rupa sehingga urutan topik itu bergerak dari yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks, dari tahapan-tahapam enaktif, ikonik, sampai ke tahap simbolik dan seterusnya.
f) Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
Share this :
0 Komentar
Penulisan markup di komentar