Dorongan untuk mendapatkan kekuasaan dan kebesaran kedaulatan negara adalah asumsi utama dari teori ini. Dipandegani oleh Joseph A. Schumpeter, ia menolak pendapat yang mengatakan bahwa imperialisasi muncul sebagai akibat dari ekonomi atau kapitalisme di negara-negara maju secara ekonomi.
Dalam bukunya Imperialism and Social Classes, ia menekankan bahwa imperialisasi didunia terjadi karena tiap manusia memiliki agresifitas instink primitif untuk menyerang dan menguasai orang lain. Teori ini disebut dengan atavisme. Instink ini sudah ada sejak munculnya manusia di muka bumi dan berupaya memenuhi kebutuhannya. Mulai zaman primitif, manusia telah berlakuagresif terhadap alam dan mahluk lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sampai kini instink tersebut terus berkembang dan menjadikan manusia berusaha untuk saling menguasai antara satu dengan lainnya.
Atavisme ini melahirkan kehausan manusia akan kekuasaan untuk menentukan dan menguasai kehidupan orang atau kelompok lain. Semakin banyak wilayahdan kelompok manusia yang berada dalam kekuasaannya, maka semakin ia merasa berkuasa atas mereka. Dengan besarnya kekuasaan yang dimiliki, maka manusia akan cenderung mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang termewah sekalipun.
Kehausan kekuasaan ini dapat muncul tidak hanya dalam diri pribadi seorang manusia, namun juga dapat muncul dengan label kelompok atau suku tertentu. Walaupun kemudian sangat ditentukan oleh seorang figur penguasa yang penjadi pimpinan kelompok penjajah, namun kebutuhan untuk menguasai orang lain ini dapat dimiliki dan digunakan oleh sebuah kelompok, suku, dan bahkan negara tertentu.
Imperialisasi atas dasar teori ini selalu bermuara pada penindasan atas bangsa atau kelompok yang terjajah oleh kelompok penjajahnya karena orientasi dasarnya adalah penguasaan kehidupan manusia di kelompok lain. Penindasan tersebut dapat termanifestasikan dalam bentuk perbudakan atas manusia dari bangsa terjajah. Perbudakan ini tidak akan berakhir sebelum bangsa terjajah mampu membebaskan dirinya dari kungkungan negara penjajah.
Ketika negara terjajah ingin mendapatkan kemerdekaannya atas penjajahan yang telah diterimanya, maka pada dasarnya negara terjajah tersebutjuga berada dalam frame teori gloryuntuk meraih maksudnya. Pengakuanakan kedaulatan kebebasan yang diperjuangkan oleh negara terjajah, adalahbagian dari kehausan untuk merdeka dan berkuasa atas diri sendiri. Ini terjadi karena pada saat terjajah, diri mereka bukanlah milik mereka sendiri, namun untuk tuan yang menjajahnya. Diri mereka hanyalah budak yang dapat diperjual-belikan, dipekerjakan tanpa digaji, diperintah tanpa dapat imbalan, diperas tenaga dan darahnya tanpa ada kompensasi yang lebih manusiawi. Manusia di negara terjajahdalam kacamata teori ini tidak ubahnya seperti hewan hak guna-pakainya berada sepenuhnya pada pemiliknya.
Perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan ini juga termasuk sebagai upaya untuk mendapatkan kekusaan,minimal kekuasaan pada diri sendiri karena selama belum merdeka dan keluar dari penjajahan, diri sendiritidak berbeda dengan hewan yang dapat diperjual-belikan oleh penjajah. Perlakuankepada manusia terjajah oleh penjajah seperti ini muncul karena bukanlah dorongan agama atau kekayaan yang mendasari penjajahan, namun adalah karena secara murni karena faktor kehausan untuk memiliki kekuasaan atas orang lain.
Dalam kondisi yang sangat ekstrim, perjuangan meraih kemerdekaan oleh negara terjajah ditempuh dengan biaya yang sangat mahal. Ekonomi, darah, budaya,
dan bahkan nyawaikut menjadi bahan pengorbanan dalam perjuangan mencapai kemerdekaan ini.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar