Temper Tantrum (Luapan emosi) atau suatu luapan emosiyang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap “sulit”.
Ciri-ciri Tantrum (Luapan emosi) sebagai berikut:
1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.
3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
4. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.
5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.
6. Sulit dialihkan perhatiannya.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum (Luapan emosi).
1. Pertama, Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu. Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetapmenginginkannya, anak mungkin saja memakai cara Tantrum (Luapan emosi) untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.
2. Kedua, Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri. Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum (Luapan emosi).
3. Ketiga, Tidak terpenuhinya kebutuhan. Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah Tantrum (Luapan emosi). Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan rasa marah atau kesal karena tidak diperbolehkan, ia memakai cara Tantrum (Luapan emosi)agar diperbolehkan.
4. Keempat, Pola asuh orangtua. Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan Tantrum (Luapan emosi). Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa Tantrum (Luapan emosi) ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi olehorangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku Tantrum (Luapan emosi). Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak Tantrum (Luapan emosi). Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi Tantrum (Luapan emosi)ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisa jadi akan Tantrum (Luapan emosi)agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua.
5. Kelima, Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit. Keenam, Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dan lain-lain) dan karena merasa tidak aman (insecure).
0 Komentar
Penulisan markup di komentar