Resolusi Konflik Melalui Kearifan Lokal

13.21
Selain model penyelesaian konflik yang sudah ada secara teoritis sebagai hasil kajian empirik, harus diingat bahwa masyarakat memiliki keragaman nilai-nilai, sistem, struktur kekuasaan, model manajemen sumberdaya dan pola perubahan yang khas. Hal ini akan memberikan pengaruh terhadap bentuk penyelesaian yang dianggap mungkin dan tepat untuk kasus konflik tertentu serta peringatan dini terhadap konflik (conflict early warning system) yang tumbuh dalam masyarakat. Setiap budaya memiliki kearifan tersendiri dalam menyikapi permasalahan hidup yang dihadapi, termasuk di dalamnya bagaimana suatu kelompok atau komunitas tertentu menyelesaikan konflik yang mereka hadapi atau yang sering disebut sebagai kearifan lokal(local wisdom). Beragam wujud warisan budaya lokal menjadi kebutuhan untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi perbedaan kepentingan yang berdampak menjadi sebuah konflik yang dihadapi di masa lalu. Isu kearifan lokal dalam penyelesaian masalah seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang atau masa depan. Dampaknya banyak nilai-nilai,budaya, kebiasaan yang baik dan perlu dipertahankan sebagai cara untuk melakukan perubahan yang lebih baik terabaikan keberadaannya. Padahal banyak bangsa yang kurang kuatsejarahnya justru mencari-cari jatidirinya dari warisan atau peninggalan pengalaman sejarahmasa lalu yang sangat terbatas. Sejalan dengan banyaknya konflik yang terjadi di beberapa belahan dunia ini, bersamaan itu muncul teori tentang penyelesaiankonflik yang lebih bersifat akademis dan hasil pengalaman beberapa negara dalam menyelesaikan konflik sebagai bahan referensi pada berbagai diskusi, seminar dan analisis konflik. Dalam penerapannya tidaklah mudah karena banyak faktor yang sulit diprediksi terutama menyangkut nilai-nilai, budaya, kondisi geografis dan konteks lokal yang berkembang. Konflik yang tengah berlangsung di suatu wilayah baik vertikal maupun horisontal telah menimbulkan gangguan terhadap ketahanan suatu sistem masyarakat secara keseluruhan. Hal ini disebabkan konflik melebarke berbagai aspek kehidupan seperti pudarnya ikatan sosial, prasangka antaretnis, perbedaan orientasi politik, dan kesenjangan sosial. Ciri kemajemukan suatu komunitas atau wilayah (geografis) seperti Indonesia yang berbentuk kepulauan harus diterima sebagai kenyataan objektif yang mengandung potensi konflik. Sumber konflik dalam suatu negara antara lain konflik separatis, perebutan sumber daya alam, persoalan SARA, etnisitas, kesenjangan ekonomi, kriminalitas, pengangguran, perang saudara, pemberontakan bersenjata, politik, dan sebagainya. Indonesia memiliki potensi konflik cukup laten, jika tidak dikelola secara bijak dapat menimbulkan disintegrasi, yaitu potensi konflik antarsuku, agama, ras, golongan, pusat-daerah, sipil-militer,lembaga- lembaga pemerintah atau negara, Jawa-non Jawa, penguasa-masyarakat, dan lain-lain. Selain itu, terdapat potensi konflik yang mewarnai implementasi otonomi daerah, seperti konflik antarpemerintah lokal (saling berbatasan), konflik antarkekuatan rakyat berbasis lokal melawan aparat pemerintah, konflik antara pemerintah daerahdan pemerintah pusat, dan sebagainya. Umumnya konflik tentang identitas dalam suatu masyarakat cenderung lebih kompleks, bertahan lama serta sulit dikelola, sedangkan konflik yang berciri primordial sulit dipecahkan karena bersifat emosional. Disadari dalam memilih dan menentukan bentuk intervensi atau pola penyelesaian konflik tidak ada resep yang jitu. Langsung menyembuhkan penyakit (konflik) karena selalu muncul perubahan dan interaksi sosial serta benturan antarkekuatan yang berbeda di samping variabel kondisi sosiogeografis. Pola penyelesaian konflik di suatu daerah tak mungkin diterapkan di daerah lain. Oleh karena itu, dalam menentukan langkah penyelesaian berbagai peristiwa konflik perlu dicermati dan dianalisis, tidak saja berdasarkan teori konflik universal, tetapi perlu juga menggunakan paradigma lokal agar objektivitas tetap berada dalam bingkai kondisi, nilai, dan tatanan kehidupan setempat. Faktor-faktor penting yang menjadi dasar analisis dan pemecahan konflik diantaranya menyangkut: pemangku kepentingan yang terlibat, fase—tingkat konflik, isu dan faktor penyebab, jenis konflik, arah atau kebijakandaerah, potensi—sumber daya, sifat kekerasan, wilayah, kapasitas dan perangkat (tools), dan komunikasidan jalinan hubunganpihak-pihak yang bertikai. Dalam merespon konflik dibutuhkan penyelesaian lebih tepat dengan menerapkan model penyelesaian yang disesuaikan dengan kondisi wilayah serta budaya setempat. Jika pola penyelesaian dilakukan atas inisiatifpenuh dari masyarakat bawah yang masih memegang teguh adat lokal serta sadar akan pentingnya budaya lokaldalam menjaga dan menjamin keutuhan masyarakat. Di antara kearifan lokal yang sudah ada sejak dahulu dan masih terpelihara sampai sekarang antara lain dalihan natolu (Tapanuli), rumah betang (Kalimantan Tengah), menyama braya (Bali), saling Jot dan saling pelarangan (NTB), siro yoingsun, ingsun yosiro (Jawa Timur), alon-alon asal kelakon (Jawa Tengah/DI Yogyakarta), dan basusun sirih (Melayu/Sumatra). Tradisi dan kearifan lokalyang masih ada serta berlaku di masyarakat, berpotensi untuk dapat mendorong keinginan hidup rukun dandamai. Hal itu karena kearifan tradisi lokal pada dasarnya mengajarkan perdamaian dengan sesamanya, lingkungan, danTuhan. Hal yang sangat tepat menyelesaikan konflik dengan menggunakan adat lokal atau kearifan lokalkarena selama ini sudah membudaya dalam masyarakat. Oleh karena kearifan lokaladalah sesuatu yang sudah mengakar dan biasanya tidak hanya berorientasi profan semata, tetapi juga berorientasi sakral sehingga pelaksanaannya bisa lebih cepat dan mudah diterima oleh masyarakat. Dalam budaya lokal diharapkan resolusi konflik bisa cepat terwujud, bisa diterima semua kelompok sehingga tidak ada lagi konflik laten yang tersembunyi dalam masyarakat.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔